Minggu, 27 Februari 2011

Drugs Di Mata Athink Alone At Last

"Ketika lihat anak ketawa, lihat keluarga hidup, itu the best drugs buat saya.."

Setelah Yas Budaya vokalis dari Alone At Last menjadi kontributor Drug Free Youth Indonesia pada bulan Januari lalu, kini giliran penggebuk drum mereka yang berbaik hati membagi cerita seputar drugs bersama kami. Athink, begitulah biasa ia dipanggil. Ayah satu anak yang memiliki rajah dan piercing di tubuhnya ini dengan ramah membagi cerita dan secara terbuka bertukar pikiran dengan kru Drug Free Youth Indonesia. Tidak terasa obrolan yang berlangsung siang hari di halaman sebuah clothing di kota Bandung ini berlangsung cukup lama, tidak hanya seputar drugs, namun tentang banyak hal layaknya obrolan sepasang teman yang sudah lama kenal. Pandangan taun 90’an yang menganggap rockstar itu sombong atau pandangan orang bertato itu sangar dengan suksesnya dimentahkan oleh seorang Athink yang juga penggebuk drum untuk band bernama Bulldog Brigade. Mau tau seperti apa serunya obrolan kami? Kencangkan sabuk pengaman anda, karena yang satu ini akan sedikit ugal-ugalan.




(DFY): Halo Athink, apa kabar dan sedang sibuk apa sekarang?


(Athink): Baik. Gak sibuk apa-apa, selalu santai saya mah (tertawa)



(DFY): Pernah punya pengalaman dengan drugs? 


(Athink): Alhamdulillah sekarang saya gak pake drugs dan bahkan sekarang udah satu tahun berhenti merokok dan alkohol. Tapi pengalaman sama drugs secara gak langsung sih ada. Saya udah tau shabu-putaw itu sejak SD tahun 85-90’an tapi ya bukan sebagai pemakai.



(DFY): Oh ya, gimana tuh ceritanya? 


(Athink): Kebetulan dari kecil saya tinggal di daerah Suryalaya Buah Batu (Bandung, red), daerah itu bisa dibilang salah satu basis narkoba terbesar di jamannya selain di Gegerkalong. Saya pernah ngeliat temen saya sakaw, out of control gitu setelah pake putaw lalu dia kejang-kejang dan saya gak bisa ngapa-ngapain lalu panggil ibunya, eh taunya malah saya yang disalahin. Disangkanya saya yang bawa-bawa. Hahaha sial. Tapi akhirnya mereka tau kalau saya memang gak make, bisa dibilang right man at the wrong place aja haha. Karena memang dari kecil ada di lingkungan itu, saya tau jenis-jenis (narkoba) apa, takarannya segimana, makenya gimana, belinya dimana, harganya berapa, cuma karena saya sering ngeliat orang yang over dosis dan bahkan sekarat pun di depan saya jadi ya..gak keren buat saya. Kalau misalkan seseorang dibilang keren harus seperti itu, saya lebih baik dibilang gak keren.



(DFY): Gak harus keren ya kalau taruhannya nyawa...


(Athink): Iya, dan dulu saya memang tipe yang cukup penakut pisan masalah nyawa. Terlebih dulu saya memang takut banget sama jarum, ke dokter aja takut hehe.



(DFY): Dari tahun ke tahun jumlah pengguna narkoba itu didominasi sama pelajar dan mahasiswa, pendapat lo?


(Athink): Kalau jaman dulu sebenernya wajar sih kenapa banyak pelajar pake narkoba, di jaman itu kebanyakan orang pengen terlihat “ini saya”. Jangankan dalam hal drugs, di dalam sebuah geng aja kalau ada yang melukai orang itu merasa keren, dan dipandang di depan teman-temannya. Drugs juga mungkin gitu, dimana dia ngipe, shabu, doding, ya mungkin itu terlihat keren tapi pada akhirnya mereka akan sadar kalau itu salah. Dulu saya juga sempet pernah pake obat-obatan, semacam anti depresan untuk orang stress dipake sama yang gak stress haha, tapi untungnya bawaan (efeknya) gak rese, soalnya ada beberapa orang yang punya efek rese kaya ngajak berantem lah, nyuri barang lah, Alhamdulillah saya gak ngerugiin orang lain. Sebetulnya tergantung pengendalian diri juga sih, balik lagi ke attitude kita sehari-hari, bagaimana cara beraksi-bereaksi dan berpikir, kalau sehari-harinya emang udah rese biasanya bawaan mabuknya juga rese.



(DFY) Kalau berbicara soal sistem hukum tentang Narkoba di Indonesia gimana?


(Athink): Untuk Narkoba hukum bisa dibilang nomor satu yang jadi sorotan, polisi sangat menyorot hal itu dan gak jarang dijadikan alat untuk memeras pengguna juga. Kalau kita ngomong jauhnya, drugs user harusnya dibedain dengan para kriminal. Kalau disini kan masih disatuin di penjara, harusnya mereka masuk rehab.



(DFY): Masih soal hukum, beberapa waktu lalu sempat ada wacana kalau artis pengguna narkoba gak akan di penjara melainkan di rehab. Setuju?


(Athink): Setuju tapi seharusnya gak cuma berlaku buat artis, memangnya apa bedanya artis sama yang lain? Agak konyol juga kok hanya artis. Balik lagi, kalau misalkan di rehab saya lebih setuju dibandingkan para pengguna disatuin sama pembunuh dll di dalem sel, itu sih gak akan ada matinya.



(DFY): Jadi siapa yang paling layak untuk dihukum berat?


(Athink): Dealer sih yang pasti. Sedikit cerita, saya pernah baca di buku apa saya lupa dan di liriknya salah satu grup rap-nya Zack De La Rocha yang disitu ngebahas soal kokain. Yang saya pelajari dari situ ternyata penyebaran kokain dan orang-orang yang ditangkap itu sebenarnya ada di satu lingkaran yang sama, lingkaran setan. Mereka (polisi) yang nyebarin, mereka juga yang nangkapin. Jadi para pengguna itu hanya sebagai korban. Orang yang nyebarin itu, yang nangkep itu. Kalau disini...hmm, who knows lah hehe. Tapi saya sih punya keyakinan itu perputaran setan semua.



(DFY): It means Dealer-nya itu-itu juga? 


(Athink): Iya, betul sangat betul.



(DFY): Kalau menurut lo sendiri, terminologi atau batasan drugs itu sampai mana sih kalau boleh tau?


(Athink): Buat saya sih yang jenisnya kimia itu drugs, sedangkan yang buatan tuhan bukan (let say marijuana). Tapi semua itu tergantung penggunaannya juga untuk apa, untuk high atau untuk medicine? Kalau ngomong jauh soal agama, kan menjaga kesehatan itu ibadah. Sekarang gini aja kan obat batuk juga mengandung alkohol kan? Sedangkan alkohol kan haram tapi bisa jadi halal kalau dalam hal itu gak ada lagi obat lain selain alkohol misalnya.



(DFY): Tanggapan kamu soal stereotype artis, musisi, punk rock, underground itu dekat dengan narkoba?


(Athink): Ya, apa mau di kata sayangnya kita tinggal di Indonesia yang masih berpandangan orthodox seperti itu. Sebenernya kalau mau buka mata, mereka yang berdasi lebih tau soal narkoba di tingkat bisnis yang lebih besar.



(DFY): Scene punk, hardcore dan apapun itu di ranah underground masih dibilang identik dengan drugs. Bagaimana dengan drugs di area ini yang lo tau?


(Athink): Untuk perputaran drugs yang besar di scene itu sepertinya terdengar seperti di New York ya, transaksi besar, bawa beceng dan lain-lain, sepengetahuan saya di lingkungan ini (scene underground) gak ada, gak selevel malah belum nyampe ke situ maennya. Justru orang yang maen disitu orang yang berdasi menurut saya, orang yang mohawk gak akan maen separah itu.



(DFY): Kebanyakan alasan mereka (di scene) pake drugs itu apa sih biasanya? 


(Athink): Kebanyakan karena kemiskinan dan banyak dari mereka ingin melarikan diri sementara dari masalah.



(DFY): Untuk yang satu itu (pelarian, red) bisa dijadikan pembenaran?


(Athink): Misalnya gini, saya tanya “Eh lo kenapa nge-dados?”, (jawab) “Wah gue lagi banyak masalah nih”, saya sih lebih suka sama orang yang ngomong gini, “Gue emang suka”. Saya rasa pelarian dari masalah itu bukan alasan yang tepat untuk pake sesuatu, kecuali dia udah pergi ke psikiater atau dokter dan pake drugs untuk healing sesuai dengan anjuran dokter ya itu beda cerita. Kalau enggak dengan resep dokter, dipake berlebihan kan jadi bahaya juga bagi dirinya. Lagipula, apapun itu bahkan air putih pun kalau dikonsumsi berlebihan kan bisa jadi bahaya. Segala sesuatu yang berlebihan itu gak baik.



(DFY): Di lingkungan apapun, cara apa sih yang lo pake untuk gak terpengaruh oleh drugs?


(Athink): Cukup bisa bilang enggak aja sih. Kan dari kecil juga kalau mau gampang, apalagi kan biasanya tawaran pertama itu dikasih gratis, tapi gimana mau tertarik kalau liat orangnya jengker depan saya. Cukup tau aja hal-hal itu tanpa harus menyelami ke dalamnya.



(DFY):Lalu cara apa yang paling ampuh untuk seseorang lepas dari drugs?


(Athink): Sebenernya niat dan balik lagi ke diri sendiri sih. Segede apapun support orang lain di luar kalo di dalemnya sendiri gak niat.



(DFY): Ada pesan untuk adik-adik kamu agar tetap keren tanpa drugs?


(Athink): Kalau zaman saya SMP-SMA tuh kan gak ada penyuluhan drugs dan internet juga belom ada, jadi wajar aja di zaman itu banyak yang coba-coba. Mungkin untuk sekarang, baca-baca aja dulu lah sebelum pengen mengetahui sesuatu, istilahnya jangan sok tau. Apapun itu ya, tau dulu apa itu, liat sisi baik buruknya, lihat mana yang lebih besar diantara dua sisi itu, kalau menurut lo itu baik ya lakuin aja toh pada akhirnya hati nurani yang bicara. Apa lagi soal drugs, kita gak bisa men-judge kalo pake drugs itu bakal mati tapi lebih ke pelajarin drugs itu apa dan dampaknya seperti apa. Elo kan dibekali akal dan hati nurani untuk memilih, lo pikir dengan akal sehat aja apa yang harus lo lakuin.



(DFY): Okay the last question, what is your “Best Drugs” untuk saat ini?


(Athink): Jatuh cinta. Jatuh cinta dengan istri saya dengan anak saya. Ketika lihat anak ketawa, lihat keluarga hidup, itu the best drugs buat saya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar