“Tanpa narkoba underground masih tetap undergound, hardcore masih tetap hardcore...”
Drug Free Youth Indonesia edisi kali ini menunjuk Phopi Ratna Agustin sebagai kontributor yang kembali mengisi blog kami setelah cukup lama tak terjamah.
Who the hell is Phopi, anyway? Siapa sangka mojang Bandung bertubuh mungil ini adalah penggebuk drum dan vokalis band cadas. Phopi tercatat sebagai drummer band baroque pop Angsa&Serigala dan band punk Monalisa, juga vokalis band hardcore Lose It All. Mahasiswi Universitas Pendidikan Indonesia jurusan Manajemen Pemasaran Pariwisata tingkat akhir ini, tidak malu-malu bercerita dan berbagi pengalamannya dengan narkoba pada Drug Free Youth Indonesia. Lagipula kenapa harus malu, bukan?
(DFY): Sedang melakoni hobi apa selain ngeband?
(Phopi): Hobi aku mah aneh-aneh. Dulu pernah main BMX, akibatnya gigi rontok dua karena jatoh, sampai harus dioperasi biar gigi yang belakang ditarik kedepan. Terus untuk hobi sekarang paling lagi suka main Skateboard, tapi berhubung sekarang lagi musim hujan jadi gak bisa main dulu.
(DFY): Setuju ga kalo melakoni hobi yang positif itu adalah obat untuk lepas dari narkoba khususnya bagi pecandu yang belum terlalu akut?
(Phopi): Setuju. Apalagi aku kan berada di lingkungan yang seperti itu. Jadi lebih baik berolahraga walaupun ekstrim karena ada manfaatnya buat tubuh. Dan juga Lebih baik rontok gigi daripada rontok otak hehehe
(DFY): Pernah berkenalan dengan drugs?
(Phopi): Pernah. Waktu SMA aku pernah menggunakan drugs jenis sabu-sabu dan itu hanya berlangsung satu bulan. Jadi waktu itu drugs aku jadiin pelarian kalo lagi ada masalah. Pengalaman paling pahit lah pokoknya dan jangan sampai keulang lagi.
(DFY): Apa yang kamu dapet ga sih selama menggunakan narkoba?
(Phopi): Yang pasti menyesal-menyesal-menyesal banget. Positifnya, aku jadi tau bahaya dan efek dari narkoba. Jadi kalo di masa depan aku sudah menjadi Ibu dan mempunyai anak, bisa memberi tahu ke anak sejak dini bahayanya narkoba.
(DFY): Biasanya kebanyakan orang tua melihat musik punk/hardcore identik dengan alcohol, drugs&free sex . Sejauh ini, keluarga kamu mendukung atau melarang ? bagaimana kamu memberi penjelasan ini ke orang tua kamu?
(Phopi): Awalnya keluarga sempat melarang sih kalo aku bermain band tapi setelah aku ngebuktiin kalo ngeband itu ada hasil, akhirnya keluarga nerima dan support. Kita harus bener-bener bisa ngeyakinin dan ngebuktiin ke keluarga kalo musik-musik underground itu ngga selalu identik dengan drugs, jadi keluarga juga percaya sama kita. Dan selama kita bisa membawa diri kita ke arah yang positif meskipun kita berada di lingkungan yang rentan dengan hal-hal yang negatif, pasti orang-orang di sekitar kita bakal mengerti. Dan aku juga lepas dari drugs karena musik. Jadi ga semua musisi itu identik dengan drugs loh.
(DFY): Bagaimana sikap kamu berada di sekeliling lingkungan yang rentandengan narkoba?
(Phopi): Kalo dari pribadi sih, aku lebih menghargai lah teman-temanku menggunakan narkoba. Mungkin mereka menggunakan itu karena ada alasannya. Cuma aku sebagai teman yang baik, sebisa mungkin memberi tahu kepada teman-teman: “maneh nanaonan kikituan keneh? umur geus sakieu bro! Geus lah euweuh manfaatna!”. Terus bisa share dan kasih tau juga kalo aku pernah berurusan sama drugs dan kasih tau bagaimana efek serta bagaimana kecewanya orang tua kalo tau anaknya pake narkoba. Intinya saling support untuk ga terjerumus terlalu dalam ke dunia hitam narkoba.
(DFY): Pernah tidak diiming-imingi narkoba oleh teman/sahabat?
(Phopi): Pernah dan sering banget. Ya itu tadi, karena aku pernah ngerasain dan udah tau kalo narkoba itu cuma kenikmatan sesaat dan ga ada manfaatnya. Jadi aku juga bisa menolak dan berkata “ah udah ga jaman begini lagi mah, udah ga anak gaul banget!”. Buat aku sendiri, aku udah pernah merasakan pengalaman buruk itu, jadi kenapa mesti masuk ke lubang yang sama?
(DFY): Bagaimana sih pandangan kamu tentang narkoba sebagai "hardcore scenester"?
(Phopi): Menurut aku, tanpa narkoba underground masih tetap undergound, hardcore masih tetap hardcore, dll. Yah, kita harus bisa nunjukin kalo kita masih bisa tetap pede bermusik tanpa bantuan narkoba.
(DFY): Menurut kamu ada gap ngga antara positif dan negatif hardcore?
(Phopi): Ya mungkin secara tidak langsung dan kasat mata, ada-ada aja. Seperti ngomongin dari belakang, ngejelek-jelekin atau apa. Tapi untuk di lingkungan saya sih positif, jadi saling respect, ngga saling menjatuhkan dan jangan sampai kaya gitu lah.
(DFY): Sedikit bergeser, di Amerika tahun 2012 nanti mau ada kebijakan menaruh gambar-gambar serem (efek rokok) pada setiap bungkusnya, Menteri Kesehatan kita juga mengusulkan peraturan seperti itu di terapkan Indonesia, kamu termasuk orang yang pro / kontra kebijakan ini?
(Phopi): Setuju setuju aja sih, karena secara tidak langsung cara seperti itu bisa mengingatkan efek merokok bagi para perokok. Aku sendiri termasuk orang yang anti rokok banget. Karena memang asapnya bener-bener mengganggu banget. Orang lain yang merokok tapi aku yang kena asap dan dampaknya, ngerugiin banget.
(DFY): Menurut kamu mempan ga sih peringatan seperti itu?
(Phopi): Ngga juga sih. Soalnya Kalo untuk memberhentikan kebiasaan merokok itu sih butuh kesadaran dari diri masing-masing. Bukan Cuma niat, tapi emang harus bener-bener yakin kalo ngerokok itu ga ada manfaatnya malah merusak badan.
(DFY): Boleh minta seruan kalimat “anti narkoba” buat pembaca blog ini?
(Phopi): “Kill or be killed..drugs just for looser!!”
Jawaban dari kak phopi bagus".. Yg sering" aja ya yg jadi kontributor kak phopi.
BalasHapus